Junior's Juniors

Tidak seperti sekolah nasional yang biasanya dipenuhi senioritas, sekolah gue dari kelas 7 sampe kelas 12 bisa saling kenal. Gue, yang sejak lahir merupakan anak kuper, mendapat lebih banyak teman di masa SMA ini jika dibandingkan dengan masa SD dan SMP gue digabungkan. Dari SD, temen yang masih contact cuma 1-2 orang, dan dari SMP cuma 2 orang. Kalo dulu SD dan SMP, boro-boro adik atau kakak kelas, temen seangkatan aja belom tentu gue kenal semua, dan mereka juga belom tentu kenal gue siapa. Tapi ya, di SMA ini, gue entah bagaimana ceritanya bisa banyak dikenal orang dan alhasil gue juga jadi kenal dengan banyak orang dari berbagai kelas. Ya, gue seneng. Gak boleh?

Seperti yang gue katakan tadi, sekolah gue yang namanya senioritas itu nggak ada, mungkin ada sih dikit-dikit tapi gue gak tau. Gue kan murid baik jadi tidak pernah terlibat hal beginian. Dalam kasus gue, mungkin yang ada malah junioritas, di mana gue di-bully sama adik-adik kelas.

Ya, gue memang manusia yang menyedihkan.

Sama halnya dengan temen-temen seangkatan gue, kebanyakan dari adik-adik kelas gue otaknya terlalu pintar sampai ke titik di mana mereka mulai kehilangan kewarasan. Jadi, berikut inilah beberapa dari adik-adik kelas gue yang tentu saja sangat gue benci cintai.

Jontir

Terlihat familier? Ya, mungkin itu karena makhluk sipit satu ini merupakan adik dari temen seangkatan gue, Pots, yang udah pernah gue bahas di post yang lalu, jadi pada dasarnya dia ini Pots v.2. Hobinya main cewek League of Legends, sama seperti kakaknya. Sama seperti kakaknya juga, dia main basket kadang-kadang. Kalo lagi niat. Dia adalah salah satu dari beberapa junior gue yang lebih tua dari gue. Tapi sayangnya, muka gue tidak sejalan dengan fakta tersebut.

Walaupun tidak semenawan kakaknya, dia tetap saja punya pesona tersendiri, yang dijamin bisa membuat wanita mana pun kelepek-kelepek.

Hot.

Mas Anca

Hint: yang kiri.
Tampangnya persis seperti karakter pembantunya Miko di serialnya Raditya Dika, Malam Minggu Miko, yaitu Mas Anca. Sifatnya yang cengo' bukan main, rambutnya panjang flamboyan a la pengamen pinggir jalan, mata yang sayup, pokoknya persis Mas Anca deh. Tapi bedanya dia mulus dan agak ganteng. Kenapa gue bisa bilang agak ganteng? Karena dia punya cewek yang, di kalangan anak-anak seangkatan dia, populer. Gue salut.

Dia merupakan anak band sekolah, yang mempunyai nama Tambal. Tambal Band. Oke, itu gak lucu parah. Selain nge-band, dia juga punya hobi skateboarding. Dia juga pernah nongol di iklan sepatu Piero. Ya, memang dia terdengar seperti tipikal cowok cool, dan lo gak ngerti kenapa dia disamain sama karakter pembantu. Tapi percayalah, setelah mengenal dia untuk beberapa lama, lo pasti ngerti.

Tempel



Ini adalah adik dari Sarem. Ya, kelihatannya cool, smart, pokoknya cowok alpha yang serba top notch deh. Kenyataannya?



Yah. Begitulah. Sepertinya, kayak kakaknya, gue gak harus ngomong banyak buat si Tempel. Dia selalu dibayang-bayangi kepintaran kakaknya yang perfeksionis, yang dapet IB 43 (dari total 45) dan gak puas, akhirnya dia minta remarks dan dapet IB 44. Kampret. Kelihatannya sih, gen pinternya sebagian besar diembat sama Sarem dan Tempel pun cuma dapet sisa. Kalo digambarkan secara metafora, Sarem itu orang yang makan di restoran mahal dan kalo makan selalu gak abis. Sisa makanan ini pun dibuang ke tempat sampah di belakang restoran. Nah, Tempel itu bagaikan gelandangan yang ngubek-ngubek bak sampah tengah malem buta untuk dapetin sisa-sisa makanan tadi.

Pion

Lahir entah dari apa, bocah kentul ini merupakan salah satu adik kelas yang gue kenal sejak awal-awal gue masuk SMA. Dia juga merupakan anak pindahan, tadinya dari sekolah nasional pindah ke sekolah internasional, sama seperti gue. Gue inget, ada satu periode di mana dia sering curhat sama gue. Saat itu, gue masih sama si Radio, dan si Pion sering menanyakan gue tips gimana caranya deketin cewek yang dia gebet. Tentu saja gue jawab, layaknya seorang expert yang lihai menggaet cewek. Padahal nggak. Sama sekali.

Dia sudah terlalu lama menjomblo dan dia sangat haus. Haus kasih sayang, haus sentuhan cewek, memang miris sekali anak ini. Saking mirisnya, gue sampe lupa betapa sedihnya kehidupan gue, jadi dengan mendengarkan curhat dia, gue juga jadi merasa lebih pede dan lebih optimis tentang diri gue sendiri. Setelah lama berkonsultasi dengan gue, dia tembaklah sang gebetan dan

Ditolak.


Salah sendiri minta tips dari gue.



Sekarang, Pion juga masih sering modus-modusin cewek dengan berlagak lucu dan tolol. Ya, dia sudah banyak belajar. Ga ada cewek yang bisa menolak berinteraksi dengan cowok gempal yang berlagak goblok, karena cowok gempal berkacamata yang berlagak goblok itu terlalu unyu di mata mereka.

Yah, jadi itulah tadi, beberapa dari adik kelas gue. Apakah ini sudah semua? Belum. Sama sekali belum. Ini baru pembukaan.

Comments

Popular Posts