Prologue to Stage Six: University Life

Ah, sial. Gue janji-janji terus, tapi sampe sekarang gak nulis-nulis. Maaf ya guys. It's like 80% done, so bear with me guys.

Soo yeah, my original idea was to write about how my internship is going to end soon, and talk about how I am FINALLY going to uni, but yeah, that was two months ago and now I already am in uni.

HOLY SHIITAKE MUSHROOM, WAIT WHAT? I'M FINALLY LIVING THE UNIVERSITY LIFE LIKE ONE OF THE BIG BOYS?

Yesssssss das right beybeh. Gue sekarang lagi ngeblog dari kamar asrama kampus gue dengan kecepatan internet yang bukan main. Yap. Gue udah di Jepang, di mana internetnya ngebut dan peraturan-peraturannya ditaati. And boy, oh boy, this place is ridiculously amazing. Walaupun masih menjalani orientasi, banyak kejadian yang layak ditulis di sini. Tapi, sebelum gue ngomong lebih banyak tentang pengalaman gue di Jepang sejauh ini, gue mau kilas balik sedikit, ke saat-saat gue baru mau selesai intern dan berangkat ke Jepang.

Hari Senin, tanggal 29 Februari 2016. Akhirnya. Akhirnya datang juga hari ini. Ya, setelah kurang lebih delapan bulan gue intern sebagai asisten guru yang gaji buta sangat membantu, akhirnya. Dalam hitungan hari, gue bakal berangkat menuju kebebasan.

Eits, tapi bentar dulu.

"Rory, can you pleaaseee please help us take part in the house swimming competition?"

uuuUUUUUuuuUUUuuUuUuuuuggGGghhhhHHHhh
"Well I would Miss, but today's actually my last day here", ujar gue, menjawab permintaan salah satu guru matematika yang nggak pernah ngajar gue selama gue masih jadi murid.

"It's okay laah, just one day. Come on, help your house, we don't have any teachers left to participate."

"Ahahahahaha alright, I-I'll come Miss"

Dalam hati gue udah berteriak "AAAAARGGHGHH KELUARKAN SAYA DARI SINIIIII SAYA UDAH PENGEN KULIAAAH AAGGHHH"

"Yesss that's the spirit, thank you sooooo much ya Rory. This is gonna be your legacy."

Legacy? Legacy?

Men, satu-satunya legacy yang gue tinggalkan sebagai alumnus adalah fakta bahwa gue merupakan satu-satunya makhluk hina yang pernah bersekolah di situ.

Di hari yang seharusnya menjadi hari terakhir gue, tiba-tiba aja semua guru jadi kenal sama gue. Mereka ngucapin berbagai macam ucapan motivasional buat gue, seperti "good luck", "all the best", "sukses terus", yang standar-standar gitu lah, sampe "di Jepang jangan malah main ke Hong Kong terus ya nanti, ups".

Ya. Buat anak STB, kalian pasti tau siapa yang ngomong.

Tapi tetep, yang paling berkesan buat gue tentu saja sang Vice Principal. VP. Salam perpisahan dia agak lain dari yang lain.

"Oh Rory, today's your last day here right?", tanyanya dengan aksen Singapur yang kental.

"Yes sir, it is. I'm finally going to uni hahaha."

"That's good, that's good. Well good luck young man, and wish you all the best. Hopefully you'll become successful in life, ah", ujar dia sambil menjabat tangan gue.

"Thank you so much sir, yes I really do hope so"

Di saat gue udah mau ngelepas jabatan tangan gue, tiba-tiba saja dia nyamber,

"Don't forget to come back, ah. Don't you ever forget. You must come back someday", sambil mencengkram tangan gue dan menatap gue dengan tatapan yang amat, sangat serius. Entah serius atau dia cuma mau membelah badan gue jadi 5 bagian sama rata. Gak cuma itu, nada dia ngomong juga entah kenapa malah kayak ngancem.

"Errr yeah...don't worry sir ahahah...I, euhh, I will", jawab gue alakadarnya, agak cenat-cenut, terintimidasi tatapan sang VP.

Gue pipis dikit di celana.

Gue tau, maksud dia itu baik, tapi entah kenapa, gue rasanya kok malah gak pengen balik ya. Serem woi, gila, if only you saw what I saw, and heard what I heard.

Dari guru-guru, pindah ke teman-teman/adik-adik kelas gue, yang, yah, begitulah. Mereka bilangnya "I will miss you Ror", "Ah bakal kangen banget gue Ror", "Yah math class gak bakal seru lagi deh", tapi entah kenapa nada ngomong mereka udah kayak ngusir-ngusir gue untuk pergi jauh-jauh dan tidak usah kembali.

Hatiku sakit.

But yea, all in all, I just want to say a sincere thank you to everyone that wished me good things, and a special thank you buat guru math SL gue yang udah ngebolehin gue "nebantuin" dia selama 8 bulan lamanya dan gak pernah sekalipun komplain tentang gue, sama buat VP juga deh, walaupun dia bikin gue ngompol.

Setelah selesai dengan urusan intern dan juga satu hari extra buat berenang, gue mulai menyiapkan semua hal yang gue perlukan untuk nanti di Jepang.

Bilangnya sih gitu.

Gue baru bener-bener serius packing dan siap-siap seminggu sebelum gue pergi. Dan, percayalah, jangan ditiru perbuatan saya yang satu ini. Tapi untungnya, gue yang udah terlatih menghadapi situasi seperti ini, bisa menyelesaikan semua persiapan tanpa ada masalah.

Nah, kejadian-kejadian menarik mulai bermunculan di masa persiapan gue ini. Estrella, teman senasib gue yang juga kuliah di Jepang, bikin surprise dinner buat gue entah untuk alasan apa. Dia mengundang beberapa junior gue dari kelas 11 dan men, beneran men, gue terharu. Baru kali ini ada yang setup surprise dinner buat gue. Jadi pengen nangis.

Aku bahagia.
Gak cuma itu, gue juga sempet hangout sekaligus nginep di apartemennya Estrella. Agak aneh? Yah well, aneh emang udah cap gue sejak dulu, jadi begitulah.


Tapi nggak, kita nggak melakukan tindak lagi bete. Ha ha ha, get it? Lagi bete? Lg bt? No? Ok, ehm mari kita lanjut.

Gue dan Estrella cuma nyantai di pinggir kolam renang malem-malem sambil dengerin musik dan nontonin kodok kawin. Ya, entah kenapa malam itu sedang ramai kodok kawin.

Lanjut lagi, beberapa hari sebelum gue berangkat, salah satu junior gue, Mic, tiba-tiba mengirim pesan lewat fesbuk. Dia minta gue untuk bikin video buat teacher's day di sekolah gue. Inilah potongan dari percakapan kita.


Okelah, gue pikir, 2-3 menit bisa lah, easy stuff.

Beberapa hari setelah percakapan ini, gue pergi untuk hangout sama Dimas untuk terakhir kalinya sebelum gue berangkat. Ya, quality time with da brother from another mother. Kita mau pergi ke Pondok Indah Mall untuk nonton Kung Fu Panda 3. Dua cowok ber-KTP nonton Kung Fu Panda 3. Macho.

Tapi, sebelum kita berangkat, gue minta tolong Dimas untuk ngerekam my 2-3 minutes teacher's day video.

Satu jam kemudian, barulah gue bisa menyelesaikan video tersebut. Dan berangkatlah kita untuk nonton Po beraksi.

Keesokan harinya, gue kirim deh itu video ke Mic. Pada hari di mana video tersebut ditampilkan, hp gue tiba-tiba berdering berkali-kali. Ternyata, dari adik-adik kelas gue. Ada apa gerangan? Gue bukalah pesan-pesan yang mereka kirim.

"ROR VIDEO LO LAMA BANGET ANJIR"

"ROR LO BILANG MAKASIH AJA LAMA BANGET TAI"

"ROR VIDEO TEMEN-TEMEN LO YANG LAIN AJA CUMA BEBERAPA DETIK KAMPRET"

Dan seterusnya.

Dan seterusnya.







You're dead to me, Mic. You're dead to me.

Asukampret. I can't trust anybody nowadays.

So yeah, sekarang gue semakin sungkan untuk datang kembali ke SMA gue. Sigh harga diriku...

Fast forward, hari keberangkatan. Gue berangkat ke bandara duluan dengan Dimas, karena gue (tadinya) mau nyantai dan menikmati momen-momen terakhir gue di Jakarta dengan dia dan juga satu temen gue yang gak kalah deketnya. Yang ada malah si temen-deket-banget-yang-satunya hampir gak jadi dateng dan gue dan Dimas berakhir cengok di bandara nungguin sampe jam penerbangan gue. Walaupun begitu, akhirnya dia dateng. Dengan nyokapnya. Dan pada akhirnya, gue lebih banyak ngobrol sama nyokapnya ketimbang ngobrol sama dia. Gusti, tolong hamba.

Dia sayangnya gak bisa lama-lama, hanya sekitar 30 menit dan dia pun pulang, dan gue kembali cengok bareng Dimas. Gue saat itu belom terlalu kenal dengan temen-temen gue yang berangkat bareng (total 8 orang termasuk gue baidewei), dan mereka juga masing-masing banyak banget yang nganterin. Ada satu orang yang hampir seangkatan dia undang, ada yang sama keluarga besar, dan gue cuma Dimas, temen gue yang satu lagi tadi, bokap nyokap, dan eyang. Adek gue sayangnya lagi sakit, jadi dia gak bisa ikut. Sebelum berangkat, gue juga sempet ketemu salah satu adik kelas gue yang kelas 12 beserta adiknya yang kelas 9, yang dua-duanya gue kenal. Mereka juga mau ke Jepang buat liburan. Bedanya dengan gue, mereka ke Tokyo, sedangkan gue ke Fukuoka. Dan, tentu saja, they had to shit on me.

"Ror, oh my God, your teacher's day video..."

"ATATATATTAT, I KNOW, and I do NOT wanna talk about it"

They talked about it anyway. Adik-adik kelas gak tau diri dasar. 

Setelah berpamitan dengan semuanya, gue pun masuk melalui gerbang 3 Terminal 2E bandara Sokarno-Hatta. Jalan gue percepat, soalnya grup gue udah pada di pesawat semua. Untungnya, gue nggak terlambat naik pesawat. Dan dengan begitu, terbanglah gue untuk memulai babak kehidupan gue yang baru.

Comments

Popular Posts