Two's a Company, Three's a Party, Four's Just an Absolute Mess (The Internship pt. 2)

Setelah gue mengajar kelas 5 dan kelas 3 selama hampir dua minggu, akhirnya guru yang gue gantiin dateng juga. Ya, dia datang lebih cepat dari dugaan. Tapi, nasib Frodo tidaklah sama dengan gue. Guru dia baru akan datang setelah ia berhenti intern dan berangkat ke New York, yang berarti dia akan tetap ngajar SD di saat gue udah bebas. Ya, gue udah gak perlu lagi mengajar anak-anak tidak tahu diri yang mengira gue udah berumur 30 tahun. Daan tentu saja, gue perlu menjejalkan fakta ini ke muka si Frodo.

"HEY. HEY. Ms. FRODO. GUESS WHO'S NOT TEACHING THE LIL KIDS ANYMORE."

"SHUT UP YOU B*TCH, PERGI SANA LO AH KAMPRET."

"HAHAHA sigh, it was such a long three, eh...I mean two weeks for me man, gila lama banget guru yang gue gantiin datengnya nih. Oh iya, guru yang lo gantiin mana?"

"IYA IYA, DIEM AJA LO NYET, PAMER."

"HAHAHAHA."

Dan tentu saja dengan ini, gue akhirnya mendapat posisi yang gue inginkan dari awal, teacher's assistant. Akhirnya. And of course, gue lagi-lagi harus pamer ke Frodo tentang hal ini.

"Eh, lo jadi TA bantuin pelajaran apa? OH WAIT..."

"Kok lu anj*ng ya Ror, iyadeh yang udah enak meanwhile I'M STILL STUCK WITH THESE FRICKING KIDS"

"AHHAHAHAHA"

Gue emang jago pamer.

Dan akhirnya, gue menjadi asisten guru matematika gue dulu, dan dia cuma ngajar kelas 11 dan 12, yang berarti gue pada dasarnya ngebantuin temen-temen gue. Entah mereka nganggep gue temen atau bukan, tapi yah you get my point. Jadi yah, pekerjaan gue tidak terlalu susah memang. Tambahan pula, karena gue guru gue ini cuma ngajar dua kelas, gue jadi punya banyak waktu luang. Sangat banyak. Ada hari di mana gue cuma ada dua jam pelajaran, dan udah. I'm done for the day. Paling juga substitute guru yang nggak masuk di hari itu, tapi mentok-mentok substitute cuma disuruh bagiin kerjaan ke murid sama supervise, udah. Jadi, perbedaan antara jadi guru beneran dan jadi TA sangatlah jauh.

Walaupun gue udah gak lagi ngajar anak-anak SD, mereka masih sering nyapa gue kalo kebetulan lewat, dan entah kenapa mereka histeris sekali ngeliat gue. Gue jadi berasa artis.

"MISTER RORYYYYY"

"HEY MISTER RORYYYYY"

"HELO MISTER RORYY"

"LOOK IT'S MISTER RORYYY"

"Eh, ehm yes hey guys heyy hello, hi there everyone"

"WHY DON'T YOU TEACH US ANYMORE SIIRRR????"

"Euuh well, ummm...your actual teacher is already here right...? Ms....errr what's her name again?"

"You mean Ms. X?"

"Ah, yep, Ms. X. She's already here now, I was just substituting her while she was away, remember?"

"But but we like you better Mr. Rory, you're funnier and and, um, science is more fun with you (dengan suara melas dan mata yang berkaca-kaca)"



Ampun. Gue jadi mau nangis. Gue terharu. Gue tersentuh. Meskipun mereka ngatain gue bermuka tua (secara tidak langsung), tapi gue harus ngaku, teaching them was a lot of fun, terutama yang kelas 5. Gue inget, pas lagi di kelas, ada satu bocah yang nanyain gue,

"Mr. Rory, do you like watching Moto GP?"

"Euuh not really, why?"

"I know you like watching Moto GP a lot sir. You know why?"

"Hah....okay then, why?"

"BECAUSE YOU LIKE WATCHING THE GIRLS IN THE PIT STOP, RIGHT SIR?"

Terus dia ketawa terbahak-bahak sama temen sebangkunya. Ngetawain gue. Semprul. Gue sukses dipermainkan bocah kelas 5 SD. Dan gue gondok gak bisa bales. Asu.



Back to the present day.

"Aww hahaha thanks guys, but I'm teaching secondary now and I gotta go, okay?"

"Okay, bye Mr. Roryyy (lagi-lagi dengan nada yang sedih)"

Jadi yah, begitulah. Fiuuh gue harus kuat. Laki gak boleh nangis. Laki minum Extra Jross. Eh, lho lho kok malah jadi iklan?

Oke, mari kita lanjut ke cerita. Time jump ke awal-awal bulan September. Frodo udah gak lagi intern, jadi gue tinggal intern sendiri. 

For a short period of time.

Di satu pagi, beberapa temen-temen seangkatan gue dateng ke sekolah, untuk apa gue lupa. Yang pasti, dari gerombolan itu, ada si Bilbo, yang tadinya udah mau intern tapi gak jadi. Jadi ceritanya, dia mau intern di sekolah, tapi dia gak jadi karena dia udah dapet intern di tempat lain, di sebuah bank swasta. Good for him right?

Wrong.

Seperti yang gue udah tulis di post sebelumnya, Bilbo ini dongo. Amat, sangat, dongo. Dia sudah dikirim e-mail dari bank tersebut kalo dia udah diterima sebagai intern dan akan diberi informasi lebih lanjut. Seorang calon karyawan yang proaktif secara insting akan langsung menelfon bank tersebut untuk nanya semua detail-nya, karena selain membuat kita lebih siap nanti pas kerja, orang yang hire juga bakal ngeliat kita kayak "wah, proaktif nih orang, berarti kemauannya gede, berarti bisa berguna". It shows that you actually want the position.

Bilbo? 

"Gue gak dapet intern di bank-nya men."

"Lho, bukannya lo udah di e-mail sama bank-nya apa segala macem?"

"Iya, tapi gue gak ditelfon. Kalo cuma email sih kurang lengkap, gak mau gue"

"Hah? Ya kenapa nggak lu yang nelfon?"

"Idih ogah, ngapain, dude, why would I want to work for someone who doesn't want me?"

IQ jongkok.
"....I don't think that's how the working environment works, dumbass. You gotta earn what you want man."

"Screw that, if they don't want me, I wouldn't want to work for them either."

"Tapi kan yang perlu intern elu tolol."

Singkat cerita, si Bilbo itu terlalu keras kepala untuk menerima masukan gue. Yaudahlah ya.

Hal tersebut menjadi salah satu alasan kenapa Bilbo dateng ke sekolah hari itu. Dia dateng bukan cuma buat bernostalgia, atau pun terjebak nostalgia kayak Raisa, tapi dia mau bicara sama VP (Vice Principal) sekolah kita untuk menjadi intern, jadi TA. Ya, sama kayak gue.

"When are you leaving for uni?", tanya si VP.

"Oh, I'm leaving in 2 weeks, sir"



Hening.



"...2 weeks? What are you gonna do in 2 weeks hayo"

"I-it's okay sir, I'll work for free. I just need something to do because I don't have anything else to do and my mom wants me to be more productive hahahah" Ã dasar penjilat bokong

"You sure, ah? Ok then, you come tomorrow morning to talk to me even further. Wear proper attire, ok?"

Estrella, yang juga datang ke sekolah dan ikut mendengarkan percakapan tadi, setelah semua itu selesai, dia bilang ke gue dan Bilbo,

"Kayaknya seru juga intern, maybe I can help in business", dan ketawa. Kita mengira bahwa itu hanyalah sebuah lucu-lucuan.

Daan jadilah, di hari berikutnya, si Bilbo langsung kerja sebagai TA.

Bilbo (yang pendek), dengan guru ekonomi yang akan dia bantu
Jadilah gue punya satu co-intern yang nemenin gue selama dua minggu ke depan.

Or so I thought.

Tidak sampai satu jam kemudian, Estrella datang ke ruang guru tempat gue dan Bilbo berada, dengan memakai hoodie, celana pendek dan sandal jepit. Dia mengetok-ngetok pintu ruang guru, mencoba membuat gue dan Bilbo ngeliat ke arah dia. Gue dan Bilbo tentu kaget, karena kita gak nyangka kalo Estrella bakal dateng hari itu. Keluarlah kita dari ruang guru.

"Ngapain lo pagi-pagi gini ke sekolah men?", tanya gue ke Estrella.

"Lah kemaren gue kan udah bilang mau intern"

"Heh....lo kemaren serius toh?"

"Ya iyalah, gue juga di rumah kaga ada kerjaan gila, main Dota doang jir seharian"

"Oh...terus kenapa lo setelannya kayak mau tidur begini?"

"Ini gue bawa baju ganti lah"

"Oh oke...udah ngomong ke VP?"

"Belom. Baru aja gue email tadi"



Idiot.



Estrella pun langsung ganti baju, minta deodoran spray gue, dan pergi ketemu VP. Sepuluh menit kemudian, dia masuk ruang guru dan menaruh tasnya di meja gue.

"Jadi gimana?"

"Yaudah, gak gimana-gimana"

"Dibolehin intern di sini?"

"Dibolehin lah nyet, emangnya kenapa gak dibolehin"

"Ya siapa tau, lo kan predator"

"Tokai lu"

Estrella, sama dengan Bilbo, juga hanya akan intern selama dua minggu dan gak dibayar. Meskipun begitu, mereka berdua tidak henti-hentinya bilang;

"I really wish I'm getting paid in the end, though. Siapa tau kan ntar VP-nya bilang 'you did good, here take this money', kan enak tuh"

Hadeh dasar bocah-bocah munafik bermuka dua.

Dengan begitu, jadilah kita Trio Kwek Kwek Trio Macan "Trio Intern Galau";


Bilbo, yang gagal move on dari cewek yang udah dia gebet selama 4 tahun dan masih berlanjut sampai sekarang;

Estrella, yang cintanya tidak kesampean karena perbedaan ras dan agama dan juga tingkatan kasta dengan gebetannya, juga kecanduan main Tinder tapi gak dapet-dapet match yang diinginkan;

Dan gue, yang masih anget-anget tai ayam baru saja move on dan sedang mencari "rumah baru".


Oke, maaf, tadi itu menjijikkan abis. Itu tentu saja cuma boong lah. Kita gak sesedih itu sampe-sampe menyebut diri kita sendiri sebagai "Trio Intern Galau". Kita bukan boyband lokal kebelet eksis yang gagal rekaman.

Yah, tapi seperti yang gue bilang tadi, jadilah kita intern bertiga. Gue gak lagi intern sendiri. Sekarang, at least hari-hari kosong gue gak terlalu membosankan. Meskipun gue bilang begitu, ada satu masalah yang cukup besar yang kita hadapi:

Meja kosongnya cuma satu, yaitu yang gue pake. Dan kita ada tiga orang. Jadi, mau gak mau, kita harus sharing satu meja buat bertiga. Mantap nggak tuh.

Untungnya, salah satu senior yang juga sedang intern di sekolah kita akan berhenti minggu depan karena dia mau lanjut kuliah S2, jadi kita hanya harus berdesak-desakan selama seminggu.

Tapi, masalah meja bukanlah masalah terbesar yang kita hadapi. Karena kita dekat dengan satu sama lain dan kita sharing satu meja bertiga, gak jarang kita agak berisik. Oke, mungkin bukan agak lagi, tapi sangat berisik. Dari ngobrol, ketawa-ketawa, dan tentu saja, saling ngatain, semua pernah kita lakukan dengan suara keras. Gak jarang kita keceplosan ngeluarin the f-bomb dengan suara yang lantang, yang mungkin terdengar sama satu ruang guru, karena ruang guru ya emang namanya juga tempat kerja, jelas suasananya sunyi, jadi ngomong pelan aja bisa kedengeran dari jauh.

Tentu saja aksi kita ini sering menarik perhatian guru-guru lain. Guru yang sudah kenal sama kita cenderung santai, mungkin hanya sekadar menegur, tapi negurnya juga gak serius, biasanya dengan becandaan. Tapi, lain halnya dengan guru-guru baru yang kita nggak kenal. Mereka biasanya ngelirik kita dengan tatapan "idih, dasar bocah-bocah Indo dekil. Gak tau malu apa? Gue jadi gak bisa fokus kerja nih nyet". Well, tentu saja gue gak tau apakah mereka bener-bener berkata hal tersebut di dalam pikiran mereka, but you get what I mean.

Dan fantastisnya, meja kita dikelilingi oleh meja guru baru. Selamat tinggal harga diri.

Kita bertiga ke mana-mana selalu barengan, kecuali kalo kita ada kelas karena kita bertiga membantu guru yang berbeda-beda. Gue math, Bilbo ekonomi, dan Estrella bisnis. And of course, now that we're no longer students, melihat adek-adek kelas kita yang masih merana harus sekolah dengan semua sistem yang udah berubah membuat kita merasa beruntung udah lulus duluan sebelum sekolah kita bikin banyak peraturan gak jelas.

"Dude, look at us three man, wearing suit and tie and shiz. Ha, look at these kids, still wearing uniforms", ujar Bilbo.

"Suit mananya kepret, ini cuma kemeja sama dasi, hampir sama kayak uniform juga", gue nyeletuk.

"Iya, tapi kan keren men, we look more classy and mature dibandingin sama mereka, anjay", kata Estrella.

Classy and mature? Kita lebih mirip sekumpulan badut dibandingin intern yang classy dan mature.

Seperti yang gue bilang tadi, dengan adanya teman intern, gue gak lagi cuma diem di meja dan nonton YouTube kalo ada waktu senggang. Kita gak bisa melewati kesempatan ini, di mana kita udah punya hak lebih dibandingkan sewaktu kita masih jadi murid. Contohnya, kita udah boleh pake hp di mana aja. And we can pretty much have a lot of fun and get away with everything we do, really.

Bilbo's life in a nutshell, digambarkan oleh Estrella.
Keesokannya, Manly, teman seangkatan kita, datang dan ketemuan sama kita.

"Oh wow, Estrella and Bilbo, you guys are interning too now?"

"Yeah man, I mean look at this suit and tie", jawab Bilbo.

"That sounds fun, I think I wanna intern too, I mean my NS (national service, wajib militernya Singapura) is still gonna be in October"

Tentu saja, kita tidak menganggap perkataan Manly secara serius karena....well, he's Manly. Susah menganggap orang satu ini secara serius.

Beberapa hari berlalu, kita udah lupa sama percakapan tersebut, dan tiba-tiba, di saat kita bertiga sedang nyantai di meja kita, masuk seorang sosok manusia yang tidak asing. Dia lalu menyapa kita dan menaruh tasnya di meja. Manly.

"Eh...lho, Man, ngapain lo di sini?!", tanya gue sedikit kaget.

Manly menjawab dengan santai, "I told you right last time, I'm gonna intern too. I don't have anything to do until NS so why not".

Jadilah kita yang tadinya udah rame, sekarang makin rame. Dan kita juga semakin keliatan kayak grup komedi, udah ke mana-mana barengan, satu meja sekarang berempat pula. Udah kayak sirkus berjalan.

Ah, masih banyak yang mau gue ceritain, tapi udah panjang banget. Segitu dulu deh buat sekarang.

Comments

Popular Posts