I Don't Know What to Title This One

Waw, gak kerasa udah mau lebaran aja. Puasa tinggal sehari lagi. Pertama kalinya gue lebaran di negeri orang dan gak bareng keluarga. Yang berarti...

Gue gak bakal dapet angpao.

Fak, I did not think that one through.

Well, anyways, yeah, what's up everyone. This is just gonna be another one of those update posts, and I know, I know, I still owe you guys a few posts, hang in there ok, it will be done sooner or later. Hopefully sooner. And, I also know that these update posts don't get as much views as the other posts, but hey, I post whatever I feel like posting ok.

First off, this thing happened.

Free advertising yey

Ini merupakan potongan dari ask.fm-nya salah satu junior merangkap temen merangkap tebengan gratis gue, Ungu. Nggak, gue nggak nyuruh dia untuk melakukan hal ini. Dan bukan, gue bukan orang yang nanya. Gue terharu.

But then it doesn't stop there.

....kurangajar

...yah, mau gimana lagi ya. Udah reaksi umum sih.

But, it (somehow) ended with a cherry on top unlike my love life during grade 8-10 ha, gedit.


IIH KAMU NIH, BISA AJA AH
...yea. But for real, huge shout out to Ungu. If you wanna check his Instagram, click here. And, if you wanna molest him on his ask.fm, click here. Yeah, I'm not sure what's the point of giving him a code name if  I'm just gonna leave his social media profiles here. Eh, whatever lah.

PS: I love you. Muah muah.

Nah, sekarang, mari kita mulai ceritanya.

Gak kerasa tiba-tiba udah hampir empat bulan gue di Jepang. Yang lebih gak kerasa lagi, ini udah Juli oi apa-apaan. Cepet banget. Tiba-tiba gue udah mau ulang tahun aja. And yeah, gue akhirnya umur 18 juga sebentar lagi. Aku sudah dewasa, teman-teman. Tolong. Tolong.

Jadi yah, gimana ya kuliah. I don't know where to start. Ok, maybe I should start with uni life in general. Eeeeh well, it's pretty okay I guess. Satu hal yang pasti adalah banyaknya waktu luang yang gue punya dibandingin sama gue dulu pas SMA. Terlalu banyak malahan. Lebih lagi, gue kelas pagi cuma ada hari Selasa dan Rabu, jadi gue bisa bangun siang almost every day. And I know, right now, some of you guys must be thinking, "lah, banyak waktu luang tapi kaga pernah ngeblog, gak becus lo Ror". Ya maaf deh, nyari motivasi susah tau. Tugas juga gak banyak-banyak banget, it's manageable. Dibandingin IB? Yaelah, jangan ditanya deh. IB, saking banyaknya tugas, gue sampe stres dan akhirnya nyerah, abis itu tidur jam 10 malem. Sekarang, gue tidur jam 10 malem karena emang udah ga ada kerjaan lagi. Ini entah karena emang gue baru semester satu atau emang universitasnya yang rada-rada.

Pacar? HAH. HAHAHAHA. HAHAHAHA. HAHAHA. HAH. HAHAH.







Ya jelas masih belom ada lah.

Emang, banyak ikan di laut, tapi masalahnya buat gue, umpannya udah kedaluwarsa. Deketin aja pada ogah.

Errhmm, baiklah, kembali ke kehidupan kuliah. Satu hal yang gue sayangkan dari universitas gue adalah tim basketnya. It's a mess. A shambles. Kaptennya gak vokal sama sekali dan mainnya paling ngaco di antara semua pemain di tim. Ada beberapa yang legit jago, tapi gak banyak. Bisa dihitung jari. But I don't know, I feel like they take the fun out of basketball. Oke, gue gak mau ngomongin terlalu dalem masalah ini, karena yang ada nanti post ini isinya cuma gue ngomel-ngomel soal tim basket universitas gue. Singkatnya, gue dan anak-anak internasional yang lain keluar dan kita berencana untuk bikin klub sendiri nanti di semester ke-2.

Gak cuma itu, bulan depan gue juga udah mau pindah ke downtown. Gue dan temen-temen gue nemu rumah yang bisa bareng dan jatohnya jauh lebih murah dibanding asrama, jadilah kita berempat sepakat untuk nyewa rumah tadi. And yes, it's a house. Bukan apartemen, bukan kamar sharing, tapi rumah. Fully furnished. Hot damn.

Hmm apa lagi ya.

Oh, right, Habitat for Humanity.

Basically, I joined this volunteering club, Habitat for Humanity. Dulu sempet sih pas SMA gue dan beberapa temen gue hampir mau ngelakuin aktivitas ini, tapi sama sekolah gak didukung, jadi wasalam. Salah satu di antara temen-temen itu adalah, tentu saja, Estrella. Setelah Estrella masuk kuliah, dia ikutan Habitat for Humanity di universitasnya. And he just couldn't shut up about it. In a good way, of course. And, it just so happens that my university has the same club. Jadilah gue ikutan, karena kenapa tidak. I know what the organization's all about, I know it doesn't require any special skills, so I went for it.

Sayangnya, di universitas gue, klub tersebut didominasi orang Jepang. Di hari pertama gue ikutan meeting, gue merupakan satu-satunya orang luar yang ada di klub tersebut. Gue cengok. Everything was done in full Japanese. Untungnya, senior-senior gue cukup baik untuk menjelaskan apa yang terjadi. Walaupun bahasa Inggris mereka jauh dari sempurna, tapi gue ngerti lah inti-intinya.

And then weeks passed, untungnya, ada juga anggota baru yang orang luar, dan gue pun gak  lagi menderita sendiri. But then again, dia udah tahun ke-2 dan bahasa Jepangnya udah lumayan bagus, but at least dia bisa translate buat gue so all good.

Tapi, yang agak aneh adalah ada satu senior orang Jepang yang gue rasa terlalu cemas terhadap gue. Dia tiap lima menit selalu nanyain kalo gue ngerti apa nggak.

"ロり、大丈夫?" (Rory, you ok?)

"Ah, yeah yeah, I'm fine"

"わかる?" (You understand?)

"Yes, yea yea I err understood the things, um yeah, thank you!"

Lalu lima menit kemudian, dia balik dan nanya hal yang sama.

Gak cuma itu, gue yang kelewat muda juga entah kenapa membuat mereka terkagum-kagum.

"ロり、何歳ですか?18? 19?” (Rory, how old are you? 18? 19?)

"Errr no, I'm 17 hahah"

"Eh? Seventeen?"

"Yes...one seven, not one zero by the way"

"Eeeeeh so young"

"Ahahaha yeah"

"Aren't you supposed to be in high school?"

And then I told them about the whole acceleration class and stuff.

"えええ、すげー。頭がいいね。" (Wooow, so cool. You must be smart huh)

"Ahahahahahahahahaha well...naww not really", gue jawab malu-malu.

Gue malu bukan karena merendah, tapi karena...





Well. It's the truth.

Kalo kenal lebih jauh, ilang deh tuh pinter.

Ah well, at least gue dipandang sebagai this dark-skinned prodigy boi that has no fear to enter a Japanese-student-dominated club and is younger than everyone else. Keren juga ya.

Comments

Popular Posts